Judulnya oke banget buat judul film :p. Kali ini saya akan bercerita pengalaman saya beberapa tahun lalu selama berada di Jakarta dan menggunakan transportasi umumnya.
Empat tahun lalu, awal saya mengeluti pekerjaan di perusahaan milik salah seorang Keluarga kami yang ada di jakarta Ermey Trisniarty itu namanya atau akrab kami sapa kak Emi, Dapur Cokelat yang didirikannya sepuluh tahun lalu Alhamdulillah telah berkembang, dan menjadi Outlet cake chocolate, pastry dan praline yang cukup ternama dan favorit di jakarta, dan sekarang berkembang hingga merambah Surabaya dan makassar.
Berkat kak emi lah saya dan beberapa teman yang lain yang berasal dari Palopo bisa bekerja di tempatnya, saya yang minim akan pengetahuan tentang cake dan pastry perlahan bisa bertahan, meski keberada'an saya hanya tiga tahun saja. "dengan alasan tertentu".
Setiap berangkat kerja dan pulang kerja saya hanya mengandalkan kendaraan Umum jakarta, ma'lumlah kala itu saya tak bermodalkan apa-apa untuk berani membeli sebuah kendaraan roda dua (Motor). 6 bulan saya bekerja barulah saya memiliki sebuah motor untuk keseharian bekerja, namun semua itu tak lekat dari perjuangan ku di atas sebuah Metromini 07, karena Metromini 07 lah kendaraan andalanku setiap berangkat dan sepulang kerja. salah satu outlet DC (DapurCokelat) tempatku bekerja yang kala itu masih berada di Jl. Hos Cokroaminoto,sebelum pinda tepat berada di pemukiman elit jakarta pusat (Menteng) yang hanya satu blok dari Jl. Cendana, Hunian mantan orang nomer satu di indonesia yakni; Pak Soeharto.
Jika berangkat kerja dari rumah itupun saya harus prepair dua jam sebelum jam kerja, saya mengawali beres terlebih dahulu barulah saya berangkat seperti; menyapu, dan ngepel. karena tempat tinggal ku di penuhi oleh pengangguran yang ingin berlayar yang berasal dari tempat asalku palopo atau tepatnya Suli dan Sekitarnya. masing-masing kami yang tinggal di sana memiliki tugas masing-masing pokoknya kamilah yang mengurus semuanya "mungkin bisa di pahami" tak jauh dari seorang pembokat.
Berhubung saya dapat tugas menyapu setiap harinya dan mengepel setiap sudut-sudut rumah yang woww!!!sebab di sekitar gangan di sekitar tempat tinggal kami tak banyak bahkan tak ada rumah yang sebesar (29) kami menamainya, rumah tempat saya tinggal terbilang cukup besar di gangan kami di 104, mungkin saking besarnya rumah tempat tinggal kami ini memiliki doble pintu dan doble nomer yang masing-masing lain pula RT nya jadi bisa kebayang khan? gimana tidak jika kita masuk melalui Jl. Kebon Bawang VIII / sejejeran dengan gerbang PA'UL (pasar ular) gang 104 nomernya 29, namun jika kita masuk dari sisi sebelah kanan Gangan ato 103 yang lebih di kenal dengan Jl. Terusan 103 nomer akan di temukan satu pintu lagi yang nomernya lain yakni 23, tak susah jika ingin menemukannya bukan? mungkin kalian yang pernah ke rumah itu dan membaca artikel ini yaaa tahu lah...
Jika aku masuk kerjanya Pagi jadi saya harus bangun subuh sekali untuk mengawali semua aktifitas pembuka sebelum berangkat kerja, di tambah lagi jarak tempuh Priok - Menteng yang lumayan memakan banyak waktu belom lagi di tambah dengan macet yang ampuuuunnn deh!!!... itulah sala satu kendalaku jika dapet shift pagi, walau itu hanya seminggu, dan minggu berikutnya lagi saya dapet shift siang, bukan berarti tak ada lagi kendala!!!!, yang saya fikirkan lagi pulangnya pulangnya ini brayy..., jika saya masuk siang berarti jam kerja 14:00- sampai outlet closing. dan kadang tak tentu closingnya terkadang pukul 22:00 dan tak jarang suka molor sampai-sampai outlet closing hingga pukul 23:00 bahkan lebih,. saya tak sendirian jika pulang Ke Priok ada Kak Irnal yang kebetulan kami searah, nanti jika sudah di Putaran Plumpang kak Irnal turun lebih dulu, sebab rumahnya di jl. Mawar (Walang) saya dan Kak Irnal punya cerita menarik; Setiap kami pulang bersama kami selalu tertidur di atas Kendaraan, entah itu kami kecapean atau emang Hobbi tidur nyenyak di atas angkutan umum, bahkan kami lupa untuk turun di tujuan kami karena ketiduran. Sesekali saya menginap di outlet itupun karena ada event, saya pun harus berjibaku mencari tumpangan ke Terminal Senen.
Di Jl. Hos Cokroaminoto (depan toko) hanya Patas (P20) yang melintas, jadi bila saya pulang dan pergi kerja saya harus sedikit mengeluarkan biaya lebih, sebab saya harus transit di terminal senen untuk ke Priok, lain halnya jika saya baru berangkat kerja Metromini yang saya tumpangi hanya sampai di Terminal Senen, jadi Patas (P20) lagi yang harus saya uber, itu juga saya tak pernah Naik Patas nya di dalam Terminal, dengan alasan Ngetem yang lama lagi brayy..., alternative lain yaa mau nggak mau nunggu di luar Terminal tepatnya sih di depan pintu keluarnya patas itu, saya pun kadang berjalan kaki ke Lapangan Banteng karena Trayek Patas melalui jalan itu, saya tak ingat jelas nama Jalan tersebut, Tepat di depan Hotel Borobudur dan kantor Kementrian Agama RI, belum cukup di situ Patas arah Blok M, jika di lampu merah Ext Stadion Menteng atau yang sekarang beralih fungsi jadi Taman Menteng Patas nya Belok Kiri, sedangkan Outlet DC arahnya ke kanan, jadi mau nggak mau saya harus jalan kaki untuk bisa sampai dioutlet
Jika artikel yang saya tulis ini, di baca oleh teman-teman Chocolate Holic DC (Dapurcokelat) salam kangen saya pada kalian, Kangen suasana DC menteng lama, Dengan Bu' Ade, Lexy, Kak Irnal, Tria, Bang Hendry, Kak Fina, Intan, Giska, Dona, Ary, Agus, Wina, Teh Arini, mbak Yessi, Tovan, si Dado, si Omponk, Ense, dll... yang nggk bisa saya sebutin upzzz dah pada lupa sih namaNya kangen dengan suasana ramee toko, Dengan Ibu Siregar dan kedua peliharaannya Blacky N' Whity. Saya selalu ingat jika hari minggu tiba kita team Dc selalu buru-buru untuk closing, yaah Hunting di Blok M yaaaaacchhhh (PLATINUM)
Jika artikel yang saya tulis ini, di baca oleh teman-teman Chocolate Holic DC (Dapurcokelat) salam kangen saya pada kalian, Kangen suasana DC menteng lama, Dengan Bu' Ade, Lexy, Kak Irnal, Tria, Bang Hendry, Kak Fina, Intan, Giska, Dona, Ary, Agus, Wina, Teh Arini, mbak Yessi, Tovan, si Dado, si Omponk, Ense, dll... yang nggk bisa saya sebutin upzzz dah pada lupa sih namaNya kangen dengan suasana ramee toko, Dengan Ibu Siregar dan kedua peliharaannya Blacky N' Whity. Saya selalu ingat jika hari minggu tiba kita team Dc selalu buru-buru untuk closing, yaah Hunting di Blok M yaaaaacchhhh (PLATINUM)
Tempat tinggal saya ada di daerah Priok Tepatnya PA'UL permai, jadi lebih dekat dari halte busway sekitar Cempaka Putih daripada deretan Mangga Besar. Kalau hari kerja saya akan naik Metromini 07 ke arah Senen, sedangkan kalau liburan akan naik Agung Bhakti 89 / Mayasari Bhakti AC PAC 49 yang ke arah Blok M (keliatan bener mainnya ke mana :p). Nah saya yang sudah terbiasa hunting sendiri awalnya ya cuek saja naik Metromini 07 sampai suatu hari ketika saya bertemu dengan oknum anak jalanan yang naik ke Metromini yang saya tumpangi. Mereka berdua, dengan gaya bicara berkecepatan tinggi, kurang lebihnya mengatakan:
bapak-bapak dan ibu-ibu ya, kami di sini mencari sesuap nasi ya bapak ibu ya, kami tidak ingin mencopet maupun menjambret blablabla, sebagai sesama manusia sudah selayaknya kita saling menolong bapak ibu ya blablabla…
Ya intinya seperti itu. Sekali lagi, mereka datang dengan berbicara dalam kecepatan tinggi tanpa berusaha untuk sekedar mengamen atau yang lain. Kemudian mereka menyodorkan tangan ke penumpang. Masalahnya adalah ketika saya tidak ingin memberi uang, maka tangan dia akan semakin di arahkan ke badan saya. Otomatis saya akan berusaha melindungi diri dengan menjauhkan badan saya dari jangkauannya. Tapi namanya Metromini bisa sejauh apa menghindarnya sih? Semakin saya berusaha menjauh, maka tangannya disodorkan semakin mendekat. Hal ini membuat saya merasa diancam. Oke, memang mereka tidak membawa senjata, tapi perilaku seperti ini membuat orang merasa tidak aman. Bukan juga karena saya pelit, should I give them?.
Saya pernah membaca hal yang sama di blog lain, tapi saya lupa alamat blognya. Hal ini setidaknya menggambarkan kalau saya tidak sendiri merasakan hal serupa. Seingat saya, sudah dua kali saya mengalaminya. Hari itu saya hanya bisa berdoa semoga tidak bertemu oknum anak jalanan itu. Doa saya dikabulkan. Namun tetap ada hal lain yang saya lihat sebagai fenomena jalanan ibukota.
Malam sebelumnya si pipit Kakak sepupu ku, yang menceritakan pengalaman mengerikannya ketika mengendarai mobil setelah hujan, kebiasaan nyetirnya yang suka sendiri dan terkadang ugal-ugalan, ma'lumlah dia itu Cewe. Ada pengendara motor yang kecipratan air genangan, yang kemudian mengeluarkan rantai berat dari dalam tasnya seakan-akan dia akan mengarahkan rantai yang dipegangnya kepada pengguna jalan lain apabila dia terkena cipratan air genangan.
Siang itu mulai dari jalan Cempaka putih sampai mengarah ke Lampu merah Senen itu macet. Nah ketika berada di titik temu Cawang-Priok dan PuloGadung-Senen lampu merah yang tepat berada di depan pusat perbelanjaan ITC Cempaka Mas, saya tidak tahu persis jalanan tadi persimpangan berapa jalan, Metromini saya disuruh berhenti oleh polisi untuk memberikan giliran pengendara dari arah lain untuk gantian jalan. ma'lumlah saat Metromini yang saya tumpangi melintas lampu merah memang lagi error (mati) Tiba-tiba ada seorang pengendara motor yang memukul bagian depan sebuah taksi dengan keras. Saya tidak tahu bagaimana kronologisnya, ya kemungkinan si pengendara motor tadi nyaris tertabrak oleh taksi.
Ketika saya pulang, ada seorang pengendara motor juga yang tertabrak dari belakang oleh pengendara motor lain. Yang tertabrak tadi, sepertinya tidak sampai terjatuh hanya kehilangan keseimbangan karena jalanan juga tidak terlalu padat, turun dan menghampiri si penabrak dan mulai marah-marah padahal si penabrak dalam pose meminta maaf dan berusaha menenangkan (kira-kira begitu dari bahasa tubuhnya) saya hanya mengamatinya dari atas kendaraan Metromini yang saya tumpangi, yang sedang ngetem menunggu penumpang yang tengah menyeberang dari arah Plumpang.
Yang muncul di benak saya adalah sebegitu ganasnyakah manusia ketika berada di jalanan, berubah menjadi pribadi yang kehilangan toleransi dan rasa saling menghargai dan memaafkan? Entahlah. Saya sendiri bersyukur meskipun harus naik Metromini untuk pulang pergi di hari kerja, karena jalur yang saya lalui bukanlah jalur yang lengang oleh volume kendaraan, macet parah sudah jadi pemandangan sehari-hari ku setiap berangkat kerja dan pulang kerja. Sejauh ini saya merasa aman, oleh tindak kejahatan di atas angkutan umum Priok-Senen adalah jalur yang cukup ramai penumpangnya.
Ini ada beberapa tips kalau naik Metromini, semoga ada manfaatnya:
- Siapkan uang pas (kalau bisa) sebelum naik Mortomini di saku, jadi ketika sudah di Metromini tidak perlu mengeluarkan dompet. Hal ini untuk meminimalisir kejahatan juga.
- Jaga tas dengan baik karena Metromini sering penuh dan kita tidak tahu apa di dalamnya ada yang berniat buruk atau tidak.
- Yang suka menaruh domplet di saku belakang celana atau saku jaket, sebaiknya lebih waspada. Mungkin bisa dipindahkan di tempat yang lebih aman hingga turun dari Metromini
- Ketika sudah mendekati tempat tujuan, bersiaplah di dekat pintu agar turunnya tidak terburu-buru.
- Kalau tidak enak badan, sebaiknya menggunakan kendaraan yang lebih aman: naik taksi atau nebeng teman yang bawa kendaraan sendiri :p.
Semoga Allah selalu melindungi kita dari hal-hal buruk. Hati-hati ya dan jangan lupa berdoa .